melangkah-ke-dunia-lain-di-pulau-socotra

nordic-circus.org – Bayangkan kamu sedang berada di tempat yang begitu asing, sampai-sampai terasa seperti planet lain. Itulah yang aku rasakan saat menapakkan kaki di Pulau Socotra. Pulau ini terletak di antara Laut Arab dan Samudra Hindia, dan menawarkan petualangan yang benar-benar di luar dugaan.

Socotra, Permata Tersembunyi dari Yaman

Banyak orang mengasosiasikan Yaman dengan konflik. Namun, Socotra menghadirkan cerita yang sangat berbeda. Begitu pesawat kecil mendarat di Hadibo, kota utama di pulau ini, aku langsung merasakan atmosfer yang tenang dan damai. Angin laut berembus lembut, dan warga lokal menyapaku dengan senyum ramah. Suasana itu langsung membuatku nyaman.

Menyambut Keajaiban: Pohon Darah Naga

Tak butuh waktu lama sampai aku melihat daya tarik utama Socotra: Pohon Darah Naga baysidepediatricspecialists.com. Saat aku tiba di Dataran Tinggi Dixam, pemandangan yang muncul benar-benar menakjubkan. Pohon-pohon ini tumbuh menjulang dengan bentuk unik seperti jamur raksasa. Selain itu, getahnya berwarna merah seperti darah, dan masyarakat lokal menggunakannya untuk obat tradisional serta pewarna alami.

Kemudian, aku berjalan menyusuri bukit berbatu. Di sepanjang jalan, pepohonan tampak seperti makhluk fantasi yang sedang diam mengawasi dari kejauhan. Momen ini membuatku benar-benar merasa seperti sedang menjelajahi dunia lain.

Kekayaan Flora dan Fauna yang Unik

Socotra menyimpan lebih dari sekadar pohon-pohon aneh. Di pulau ini, aku menemukan tumbuhan yang hanya ada di sini. Beberapa berbentuk seperti botol besar, lainnya menyerupai kipas atau jari-jari batu. Tak hanya itu, burung-burung eksotis beterbangan rendah, menambah nuansa magis perjalanan ini.

Selain keindahan visual, suasana hening di alam terbuka membuatku lebih sadar akan setiap suara—ciutan burung, desir angin, bahkan langkah kaki sendiri. Aku merasa benar-benar terhubung dengan alam.

Hidup Bersama Warga Lokal

Selama beberapa hari, aku tinggal bersama keluarga lokal. Mereka menyambutku dengan hangat dan mengajakku ikut dalam keseharian mereka. Setiap pagi, kami bersama-sama memancing ikan, lalu memasaknya di atas batu. Saat malam tiba, kami makan bersama di bawah langit yang dipenuhi bintang. Tanpa sinyal ponsel dan tanpa distraksi, aku bisa menikmati percakapan yang tulus dan waktu yang berjalan lebih lambat.