nordic-circus.org

nordic-circus.org – Venus, yang sering dijuluki sebagai saudara kembar Bumi karena ukuran dan kedekatannya yang mirip, pernah memiliki sumber air yang kini telah menghilang. Sebuah studi baru yang diterbitkan dalam jurnal Nature dengan judul ‘Venus water loss is dominated by HCO+ dissociative recombination’ menjelaskan fenomena ini.

Penyebab Hilangnya Air di Venus:
Sebelumnya, Venus dipercaya memiliki perairan permukaan dalam jumlah besar, namun seiring waktu, air tersebut menghilang. Hal ini disebabkan oleh efek rumah kaca yang mengakibatkan penguapan air permukaan, meningkatnya tekanan atmosfer, dan suhu ekstrem yang berlaku di planet tersebut.

Menurut penelitian, air di Venus menguap dari atmosfer melalui sebuah proses kimia dikenal sebagai rekombinasi disosiatif HCO+. Dalam proses ini, ion HCO+ bereaksi dengan elektron untuk membentuk karbon monoksida dan atom hidrogen, yang kemudian hilang ke angkasa.

Rekombinasi Disosiatif versus Aliran Hidrodinamika:
Teori sebelumnya mengenai hilangnya air di Venus menyebutkan tentang aliran hidrodinamika, yang menggambarkan gas-gas keluar dari atmosfer. Namun, temuan terkini mengenai rekombinasi disosiatif HCO+ membuktikan bahwa proses ini lebih efektif dalam menghilangkan air dari Venus, dengan jumlah yang dua kali lipat dari yang dapat dihilangkan oleh aliran hidrodinamika.

Dalam rekombinasi disosiatif, ion positif HCO+ bereaksi dengan air untuk membentuk molekul bermuatan positif. Unsur-unsur yang berlawanan daya tarik menyebabkan molekul menarik elektron yang bermuatan negatif, dan ketika bergabung, energi yang dihasilkan membuat molekul terpecah. Akibatnya, hidrogen terlepas dari atmosfer planet karena mendapatkan energi berlebih dari proses tersebut.

Dampak Lingkungan di Venus:
Venus, sebagai planet kedua dari Matahari, memiliki atmosfer yang sangat tebal dan mayoritas terdiri dari karbon dioksida dengan awan asam sulfat. Atmosfer Venus jauh lebih padat dan panas dibandingkan dengan Bumi, dengan tekanan atmosfer di permukaan sekitar 92 kali tekanan atmosfer Bumi—setara dengan tekanan pada kedalaman 3.000 kaki di bawah air di Bumi.

Permukaan Venus didominasi oleh wilayah berbatu yang tandus dan tertutup debu belerang, dengan ribuan gunung berapi, beberapa di antaranya mungkin masih aktif. Martin van Kranendonk, seorang profesor astrobiologi dan geologi di Curtin University, menggambarkan Venus sebagai tempat yang sangat ekstrem, di mana logam bisa meleleh dalam hitungan menit dan suhu rata-rata mencapai 867°F.

Penelitian ini membantu menjelaskan beberapa pertanyaan mengenai keadaan atmosfer Venus saat ini dan bagaimana planet ini kehilangan sumber airnya, yang penting untuk memahami lebih lanjut tentang evolusi planet-planet dalam tata surya kita.