nordic-circus.org – Sejak April, panas yang tidak biasa melanda tujuh negara di Asia, mencatat suhu ekstrem hingga 44 derajat Celsius. India, Bangladesh, Filipina, Thailand, Kamboja, Myanmar, dan Vietnam, mengalami kenaikan suhu yang menimbulkan berbagai dampak sosial dan kesehatan. Di India, gelombang panas ini bertepatan dengan pemilu, memaksa jutaan pemilih untuk berada di bawah terik matahari yang menyengat. “Suhu yang belum pernah saya rasakan sebelumnya,” kata Ananth Nadiger, seorang profesional periklanan.
Tindakan Darurat di Bangladesh dan Filipina
Bangladesh melaporkan penutupan sekolah sebagai respons terhadap suhu ekstrem, dan badan meteorologi setempat memprediksi kondisi ini akan berlanjut. Filipina bahkan menangguhkan kelas tatap muka di sekolah negeri selama dua hari setelah rekor suhu tinggi tercatat di Manila.
Thailand dan Kamboja Menghadapi Tantangan Serupa
Thailand menghadapi “kondisi buruk” dengan peringatan dari departemen meteorologi setelah suhu di provinsi utara melampaui 44,1 derajat Celsius, menyebabkan kematian 30 orang dalam setahun. Kamboja juga berada dalam waspada tinggi, dengan Kementerian Air dan Meteorologi memperingatkan suhu yang bisa mencapai 43 derajat Celsius.
Situasi di Myanmar dan Vietnam
Myanmar, yang tengah dilanda konflik internal, mengalami kenaikan suhu 3-4 derajat Celsius di atas rata-rata. Di Vietnam, ramalan cuaca menunjukkan suhu yang bisa mencapai 41 derajat Celsius di wilayah utara, dengan harapan suhu lebih dingin pada Mei.
Banjir Menggulung Wilayah Arab
Berbeda dengan situasi di Asia, wilayah Arab diporak-porandakan oleh banjir. Dubai mengalami banjir terburuk dalam 75 tahun dengan curah hujan 142 mm, mengganggu operasional bandara internasional. Wilayah pedalaman UEA juga mengalami curah hujan yang signifikan, mendekati rata-rata tahunan.
Situasi Banjir di Arab Saudi dan Oman
Arab Saudi melaporkan banjir di beberapa wilayah utara, termasuk di sekitar Masjid Al-Nabawi di Madinah. Oman juga mengalami bencana banjir yang jarang terjadi, yang keduanya dipengaruhi oleh perubahan iklim.
Komentar PBB dan Implikasi Lebih Luas
PBB mengakui hujan tinggi yang terjadi di Dubai, menunjuk pada keterbatasan infrastruktur drainase. Bencana ini menyuarakan keprihatinan global akan dampak perubahan iklim yang semakin terasa, mempengaruhi berbagai aspek kehidupan dan infrastruktur di seluruh dunia.
Kejadian ini menggarisbawahi pentingnya adaptasi dan mitigasi dalam menghadapi perubahan iklim. Peningkatan kejadian ekstrem ini memperjelas urgensi untuk tindakan global yang cepat dan efektif dalam mengurangi emisi dan meningkatkan ketahanan terhadap dampak iklim yang sudah tidak terelakkan.